Info Blog. Bahan bakar Pertalite telah akan diluncurkan sebagai pengganti BBM jenis Premium, berikut ini beberapa opini tentang BBM Pertalite tersebut.
RACIKAN PERTALITE
Ibarat masakan bumbu-bumbu alias ingredients, Pertalite dibuat dengan racikan baru yang jelas berbeda dengan Premium.
Racikan ini bukan sekadar perbedaan Research Octane Number(RON) yang misalnya naik dari 88 ke 90, melainkan juga akan berpengaruh terhadap kinerja bahan bakar secara keseluruhan.
Apa saja yang menjadi perhatian saat meracik bahan bakar teranyar ini ? Begini bocoran dari salah satu anggota tim yang terlibat dalam menyusun racikan BBM tersebut.
Menurutnya ada patokan dalam skema pembuatan bahan bakar yang harus ditaati. Rambu utama tentu keputusan Dirjen Minyak dan Gas Bumi mengenai spesifikasi bahan bakar. Selebihnya concern peruntukan bahan bakar itu, misalnya untuk Premium RON 88 selama ini adalah aspek durabilitas.
Jadi racikan ini dibuat agar fungsi durabilitas mesin dalam kategori cukup. Yakni tidak berakibat mesin rusak dalam jangka waktu tertentu atau mogok di jalanan. Namun tidak bisa berharap lebih karena tidak ada kandungan aditif seperti Pertamax series.
PERTAMINA KAJI PROSES PRODUKSI PERTALITE
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Wianda Pusponegoro, Senin 1 Juni 2015, mengatakan bahwa pihaknya masih mengkaji proses produksi varian baru bahan bakar minyak (BBM) pertalite.
"Kami sedang mencari proses produksi yang efisien," kata Wianda, ketika dihubungi VIVA.co.id, di Jakarta.
Perusahaan pelat merah itu, kata dia, menyebutkan ada beberapa proses produksi yang tengah dikaji. Namun, pihaknya tak menjelaskan secara detail kajian itu.
"Salah satu kajiannya adalah produksi pertalite di kilang minyak dan memproduksi di fasilitas blending," kata dia.
Wianda menuturkan, Badan Usaha Milik Negara energi ini punya sekitar 190-an terminal BBM dan 119 terminal yang memiliki fasilitas pencampuran BBM.
Sementara itu, Wianda mengatakan, pihaknya tinggal menunggu izin niaga dari Direktorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Izin ini diperlukan untuk penjualan BBM RON 90 itu.
"Kami tengah menunggu izin niaga dari Ditjen Migas," kata dia.
Nah khusus untuk Pertalite tentu formulanya sudah satu tingkat diatas Premium. Untuk aditifnya masih dalam godokan. Namun yang pasti selain aspek durabilitas, sudah ada pertimbangan agar menghasilkan manfaat selanjutnya, yakni efisiensi.
“Belum ke arah performa seprti halnya Pertamax Plus,” tambahnya pria yang takut kondang ini.
Aditif Pertalite sudah bisa bikin konsumsi BBM lebih irit karena mengandung detergen pembersih. Efek kerja pembersihnya juga sedang ditakar, apakah lebih berat di fuel rail, kepala silinder atau ruang bakar. “Ibaratnya kalau kerak di kepala silinder dibersihkan BBM, maka juga harus dipikirkan apakah keraknya bisa flush keluar via katup buang,” tambahnya.
Performa Pertalite dalam hal efisiensi disumbang dari RON yang naik, seperti mencampur dengan MTBE(Methyl Tertiary Butyl Ether) atau bahan lainnya. Ini cara yang paling mudah karena bensin oktan tinggi akan langsung bikin irit konsumsi.
Cuma racikan bahan bakar yang akan dikonsetrasikan dulu di Jamali (Jawa, Madura dan Bali), ini juga mempertimbangkan karakter aditif dan kebiasaan masyarakat. Seperti apakah aditif ini akan mengundang uap air di tangki terutama jika mobil atau motor terjemur terik matahari, atau tidak dipakai dalam waktu lama.
PERTAMINA CARI UNTUNG LEWAT PERTALITE
Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, sudah menghitung angka penjualan bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium. Berdasar harga minyak dunia, harga premium harusnya Rp 7900 bukan Rp 7400 seperti sekarang dijual.
Faisal mengungkapkan berdasar margin harga jual sebesar Rp 500, pemerintah tidak menggunakan dana APBN untuk subsidi. Ia menilai PT Pertamina yang harus menanggung beban kerugian penjualan premium setiap harinya.
"Harusnya ongkos Rp 7900 dijual Rp 7400, siapa yang nanggung tadinya subsidi APBN? Ya Pertamina berdarah-berdarah, rugi miliaran rupiah setiap hari," ujar Faisal di Habibie Center, Senin (15/6/2015).
Faisal menyimpulkan untuk menutupi kerugian sejak tidak adanya subsidi BBM, Pertamina meluncurkan produk pertalite, BBM jenis RON 90. Pertamina bisa cari untung dan menutup kerugiannya selama ini, karena harga pertalite lebih mahal dari Premium.
"Untuk menghilangkan muntah darah, Pertamina ada pertalite, nanti harganya Rp 8500, Pertamax dinaikkan Rp 9500," kata Faisal.
Ia menegaskan BBM jenis Premium tidak akan dijual lagi jika pertalite muncul. "Omong kosong dia (Pertamina) jual pertalite tapi dia tetap jual premium," ungkap Faisal.
Faisal membuktikan premium hilang karena tanki di SPBU tidak ditambah. Selain itu, tidak mungkin tanki Pertalite dicampur dengan premium nantinya.
PERTAMINA SIAP RUGI JUAL PERTALITE
Faisal mengungkapkan berdasar margin harga jual sebesar Rp 500, pemerintah tidak menggunakan dana APBN untuk subsidi. Ia menilai PT Pertamina yang harus menanggung beban kerugian penjualan premium setiap harinya.
"Harusnya ongkos Rp 7900 dijual Rp 7400, siapa yang nanggung tadinya subsidi APBN? Ya Pertamina berdarah-berdarah, rugi miliaran rupiah setiap hari," ujar Faisal di Habibie Center, Senin (15/6/2015).
Faisal menyimpulkan untuk menutupi kerugian sejak tidak adanya subsidi BBM, Pertamina meluncurkan produk pertalite, BBM jenis RON 90. Pertamina bisa cari untung dan menutup kerugiannya selama ini, karena harga pertalite lebih mahal dari Premium.
"Untuk menghilangkan muntah darah, Pertamina ada pertalite, nanti harganya Rp 8500, Pertamax dinaikkan Rp 9500," kata Faisal.
Ia menegaskan BBM jenis Premium tidak akan dijual lagi jika pertalite muncul. "Omong kosong dia (Pertamina) jual pertalite tapi dia tetap jual premium," ungkap Faisal.
Faisal membuktikan premium hilang karena tanki di SPBU tidak ditambah. Selain itu, tidak mungkin tanki Pertalite dicampur dengan premium nantinya.
PERTAMINA SIAP RUGI JUAL PERTALITE
Sehabis lebaran tahun ini, PT Pertamina (Persero) akan meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis baru bernama Pertalite. Rencananya harga Pertalite akan dilepas di bawah Rp 8.500.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Ahmad Bambang menjelaskan perseroan siap rugi menjual Pertalite. Namun ia yakin kerugiannya tidak sebesar seperti menjual BBM bersubsidi jenis Premium.
"Yang penting kalau pun rugi enggak rugi kayak premium," ujar Ahmad di komisi VII DPR RI, Rabu (24/6/2015).
Ahmad memaparkan untuk tahap pertama, Pertamina bakal mendistribusikan 1.000 kiloliter per hari. Untuk tahap selanjutnya Pertalite hanya diluncurkan di tiga kota besar saja yakni Jakarta, Bandung dan Surabaya.
"Volume pertama 1.000 kiloliter, nanti naiklah volumenya," ungkap Ahmad.
Ahmad menambahkan pihaknya akan mengurangi volume BBM jenis lain milik Pertamina, dengan adanya Pertalite. Namun Ahmad membantah bahwa kuota Premium yang bakal diturunkan.
"Bukan otomatis Premium diturunkan. Tapi otomatis Premium konsumsinya turun," papar Ahmad.
(dikumpulkan dari berbagai sumber)
1 komentar:
seharusnya harga nya tetap tidak berubah rubah, jika minyak dunia naik maka pertamina rugi dahulu kecuali naik nya terlalu tinggi pertamina boleh menaikannya, kalo sebaliknya pertamina harus pandai2 nabung untuk menutup kerugian
BalasSilahkan meninggalkan komentar yang sesuai dengan artikel di atas, komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog ini di masa-masa mendatang.
Mohon jangan melakukan spam, atau promosi produk atau apapun yang tergolong hal-hal negatif
Mohon maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar.