Candi Kagenengan adalah sebuah candi kerajaan yang digunakan sebagai tempat pendharmaan Sri Ranggah Rajasa, pendiri kerajaan Tumapel (Singhasari) dan sekaligus sebagai datu leluhur raja-raja Singosari dan Majapahit. Keberadaan Candi Kagenengan ini sendiri dicatat dalam beberapa sumber sebagai berikut :
Kitab Negarakretagama tulisan Mpu Prapanca, menyebutkan :
Pupuh XXXVI
1. Pada subhakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan, akan berbakti di pen-dharma-an bhatara bersama segala pengiringnya, harta alat, dan makanan mengiringkan bunga beserta upacara indah didahului kibaran bendera terdukung ramai orang menonton.
2. Setelah penyekaran, narapati keluar dikerumuni rakyat menghadap, para pendeta Siwa-Buddha, dan bangsawan dekat berderet di sisi beliau, tidak berkata waktu baginda bersantap menurut nafsu kehendak hati, seadanya rakyat dianugrahi kain-kain yang meresapkan pandangan.
Pupuh XXXVII
1. Tersebut keindahan candi makam, wujudnya tiada bertara pintu gerbangnya terlampau indah lagi tinggi bersabuk dari luar, di dalam terbentang halaman dengan balai berderet di tepinya, penuh segala macam bunga tanjung (mimusops elengi) nagasari indah dan ajaib.
2. Menara menjulang tinggi di tengah-tengah terlampau indah, seperti Gunung Meru tempat Siwa dengan Arca Siwa di dalamnya, layak karna putra Girinatha dipandang raja dewa menjelma, trah leluhur Sri Naranata yang disembah di seluruh dunia.
3. Sebelah Selatan pen-dharma-an ada tempat suci yang terbengkalai, tembok dan pintu gerbangnya tinggi kiranya tempat suci keBudhaan, di dalamnya ada lantai kakinya sebelah Barat telah hilang tinggal yang sebelah Timur, hanya sanggar dan pamujaan yang utuh, temboknya tinggi dari bata merah.
4. Di sebelah Utara tanah dan kaki balai telah merata, terpencar tanamannya nagapuspa, merah halamannya waktu bertunas berbunga, di luar pintu pabaktan tanahnya tinggi terbuang (longsor) luas dalamnya tertutup jalannya penuh rumput serta lumut.
5. Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu pucat, bertebaran daun cemara yang diterpa angin kusut bergelung, kelapa gading melulur tapasnya, pinang letih lusuh melayu, bambu gading melepas pelepahnya layu merana tak ada hentinya.
Dari uraian Mpu Prapanca ini kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang keberadaan sekaligus suasana kompleks Candi Kagenengan, yang dalam hal ini tidak berdiri sendiri, melainkan terdapat bangunan-bangunan lainnya, meskipun banyak yang telah rusak atau hancur.
Ciri-ciri kompleks Candi Kagenengan tersebut adalah :
- Memiliki pintu gerbang yang tinggi dan dikategorikan cukup indah oleh Mpu Prapanca (tentu saja menurut ukuran pada masa itu).
- Di dalam pagar, bagian tepi halaman kompleks candi terdapat beberapa balai-balai (mandhapa) yang berjajar berderet.
- Candi Kagenengan sendiri terletak di tengah-tengah halaman, berbentuk bangunan yang tinggi menjulang dengan Arca Siwa di bagian dalamnya.
- Di luar halaman, di sisi Selatan terdapat lagi sebuah kompleks bangunan candi yang bersifat ke-Budha-an, dalam kondisi telah rusak, temboknya tinggi terbuat dari batu bata merah dan hanya menyisakan sanggar pamujan yang masih utuh.
- Di luar, sebelah Utara terdapat sebuah sisa-sisa bangunan mandhapa dengan halaman yang cukup luas, namun telah banyak ditumbuhi rumput dan lumut
Berikutnya, lebih lanjut lagi informasi mengenai tempat pen-dharma-an Sri Ranggah Rajasa di Kagenengan ini terdapat pada uraian prasasti Mula-Malurung (1254 M), juga disebutkan berhubungan dengan kakek dari Nararya Smining Rat (yang mengeluarkan prasasti), kakeknya adalah pendiri Kerajaan Tumapel yang meninggal di dampar kencana (singgasana) dan di-dharma-kan di Kagenengan (Suwardono, 2013:242).
Berikut ini keterangan dari prasasti Mula-Malurung tersebut pada lempeng II b:
- Mbhanda. gati saŋ prāńarāja. ankadi hulun=kalilin=parńnaą saŋ prāńarāja śaiwake sira narāryya smi niŋ rāt. tiűkah saŋ
- Prāńarāja. śaiwaka ri sira kaki nira narāryya smi niŋ rāt. sira saŋ līna riŋ ůāmpa mās. sira saŋ pinratiśőa nira narāryya
- Smi niŋ rāt. makaswarūpaŋ wiśńwarccha. maűkāne64 saŋ hyaŋ dharmme “kagněnan” ... (Nastiti, 2010:402-403).
Rekonstruksi arsitektur Candi Kagenengan
Candi Kagenengan ini, saat ini sudah tidak diketemukan lagi tempat keberadaannya, dan bahkan banyak menjadi bahan perdebatan di kalangan arkeolog kita. Hal ini wajar, karena Mpu Prapanca di dalam tulisannya tidak menjelaskan secara detil di mana lokasi berdirinya Candi Kagenengan ini. Semoga suatu saat nanti, akan ada penemuan sisa-sisa bangunan candi ini.
Silahkan meninggalkan komentar yang sesuai dengan artikel di atas, komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog ini di masa-masa mendatang.
Mohon jangan melakukan spam, atau promosi produk atau apapun yang tergolong hal-hal negatif
Mohon maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar.