logo blog
Selamat Datang Di Info Blog
Terima kasih atas kesediaan anda berkunjung di Info Blog ini,
Semoga apa yang Info Blog share dan tulis di sini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.

Menara Singha-Majapahit, Candi Cungkup

/ 0 / 'i śaka ; 1214 ; jyeṣṭa māsa ; 'irika diwaśani
kamoktan. pāduka bhaṭāra sang lumah ring śiwa buddha /’ ; /’ swa-
sti śri śaka warṣatita ; 1273 ; weśaka māsa tithi pratipā-
da śuklapakṣa ; ha ; po ; bu ; wara ; tolu ; niri tistha graha-
cara ; mṛga śira nakṣatra ; śaśi dewata ; bāyabya maṇḍala ;
sobhanayoga ; śweta muhurtta ; brahmāparwweśa ; kistughna ;
kāraṇa wṛṣabharaśi ; ‘irika diwaśa sang mahāmantri mūkya ; ra-
kryan mapatih mpu mada ; sākṣat. praṇala kta rāsika de bhaṭā-
ra sapta prabhu ; makādi śri tribhuwanotungga dewi mahārā
jasa jayawiṣṇuwārddhani ; potra-potrikā de pāduka bha-
ṭāra śri kṛtanāgara jñaneśwara bajra nāmābhiṣaka sama-
ngkāna twĕk. rakryan mapatih jirṇnodhara ; makirtti caitya ri
mahābrāhmāṇa ; śewa sogata samāñjalu ri kamokta-
n pāduka bhaṭāra ; muwah sang mahāwṛddha mantri linā ri dagan
bhaṭāra ; doning caitya de rakryan. mapatih pangabhaktya-
nani santana pratisantana sang parama satya ri pāda dwaya bhaṭā-
ra ; ‘ika ta kirtti rakryan mapatih ri yawadwipa maṇḍala /’

Terjemahan :
Pada tahun 1214 Saka (1292 Masehi) pada bulan Jyestha (Mei-Juni) ketika itulah
sang paduka yang sudah bersatu dengan Siwa Buddha.
Salam Sejahtera! 
Pada tahun Saka 1273 (1351 Masehi), bulan Waisaka, pada hari pertama paruh terang bulan, pada hari Haryang, Pon, Rabu, wuku Tolu, ketika sang bulan merupakan Dewa Utama di rumahnya dan (bumi) berada di daerah barat laut.
Pada yoga Sobhana, pukul Sweta, di bawah Brahma pada karana Kistugna, pada rasi Taurus. Ketika sang mahamantri yang mulia, Sang Rakryan Mapatih Mpu (Gajah) Mada yang dia seolah-olah menjadi perantara "Tujuh Raja" seperti Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jaya Wisnuwarddhani, 
semua cucu-cucu Sri Paduka almarhum Sri Kertanegara yang juga memiliki nama penobatan Jñaneswara Bajra,
Dan juga pada saat yang sama sang Rakryan Mapatih Jirnodhara yang membangun sebuah candi pemakaman (caitya) bagi kaum Brahmana yang agung dan juga para pemuja Siwa dan Buddha yang sama-sama gugur bersama Sri Paduka Almarhum (=Kertanagara) dan juga bagi para Mantri Senior yang juga gugur bersama-sama dengan Sri Paduka Almarhum. 
Alasan dibangunnya candi pemakaman ini oleh sang Rakryan Mahapatih ialah supaya berbhaktilah para keturunan dan para pembantu dekat Sri Paduka Almarhum.
Maka inilah bangunan Sang Rakryan Mapatih di bumi Jawadwipa.

Demikianlah isi Prasasti Singhasari 1351 sebagai satu-satunya sumber sejarah penting yang menjelaskan tentang pembangunan Menara Singha-Majapahit (yang terkenal dengan sebutan Candi Singhasari), yang didirikan oleh Rakryan Mapatih Mpu Mada (Gajah Mada) ini.

Prasasti Singhasari 1351
Prasasti Singhasari 1351 - Gajah Mada
Memang tidaklah dapat dipungkiri bahwa kerajaan Majapahit adalah penerus kejayaan kerajaan Singhasari, yang awalnya bernama Tumapel dan didirikan oleh Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi atau terkenal dengan julukan Ken Angrok (versi Pararaton).

Dari uraian prasasti di atas kiranya  dapatlah kita ketahui bahwa Caitya ini didirikan sebagai penghormatan kepada Sri Maharaja Kretanegara yang juga memiliki nama penobatan Jñaneswara Bajra (raja Singhasari terakhir) dan semua pembesar-pembesar kerajaan Singhasari (termasuk para pendeta Budha dan Siwa) yang ikut gugur bersama beliau pada waktu terjadi serangan dari kerajaan Gelang-Gelang (Jayakatwang).

Selain sebagai candi makam atau lebih tepatnya sebagai "candi pendharmaan", maka sepintas lalu dapatlah kita simpulkan bahwa candi ini dipergunakan sebagai peringatan atas gugurnya para pembesar kerajaan Singhasari kala itu, dan kemudian dilanjutkan oleh Sanggramawijaya dengan kerajaan Majapahit-nya. Selanjutnya pendirian caitya ini juga untuk maksud agar seluruh keturunan Sri Kertanegara dapat terus bersembah bakti atau minimal mengenang kebesaran kerajaan Singhasari, sebagai cikal-bakal munculnya kerajaan Majapahit.

Menara Singha-Majapahit (Candi Singhasari)

Menara Singha-Majapahit (Candi Singhasari) ini terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih 9 Km dari kota Malang ke arah Surabaya. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singhasari adalah candi yang tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan dengan candi-candi lain di sekelilingnya. Akan tetapi, saat ini di kawasan Singasari hanya tinggal candi Singhasari ini yang masih tersisa, sedangkan candi-candi lainnya telah lenyap tak berbekas.

Candi Singhasari tahun 1800-an
Kapan tepatnya Candi Singhasari didirikan masih belum diketahui, namun para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 M (sesuai isi prasasti Singhasari di atas), sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kretanegara dari Singhasari. Setidaknya ada dua candi di Jawa Timur yang dibangun untuk menghormati Raja Kretanegara, yaitu Candi Jawi dan Candi Singhasari. Sebagaimana halnya Candi Jawi, Candi Singhasari juga merupakan candi Syiwa. Hal ini terlihat dari adanya beberapa arca Syiwa di halaman candi.

Bangunan Candi Singhasari terletak di tengah halaman. Tubuh candi berdiri di atas batur kaki setinggi sekitar 1,5 m, tanpa hiasan atau relief pada kaki candi. Tangga naik ke selasar di kaki candi tidak diapit oleh pipi tangga dengan hiasan makara seperti yang terdapat pada candi-candi lain. Pintu masuk ke ruangan di tengah tubuh candi menghadap ke Selatan, terletak pada sisi depan bilik penampil (bilik kecil yang menjorok ke depan). Pintu masuk ini terlihat sederhana tanpa bingkai berhiaskan pahatan. Di atas ambang pintu terdapat pahatan kepala Kala yang juga sangat sederhana pahatannya. Adanya beberapa pahatan dan relief yang sangat sederhana menimbulkan dugaan bahwa pembangunan Candi Singhasari belum sepenuhnya terselesaikan.

Di kiri dan kanan pintu bilik pintu, agak ke belakang, terdapat relung tempat arca. Ambang relung juga tanpa bingkai dan hiasan kepala Kala. Relung serupa juga terdapat di ketiga sisi lain tubuh Candi Singhasari. Ukuran relung lebih besar, dilengkapi dengan bilik penampil dan di atas ambangnya terdapat hiasan kepala Kala yang sederhana. Di tengah ruangan utama terdapat yoni yang sudah rusak bagian atasnya. Pada kaki yoni juga tidak terdapat pahatan apapun.

Sepintas bangunan Candi Singhasari terlihat seolah bersusun dua, karena bagian bawah atap candi berbentuk persegi, menyerupai ruangan kecil dengan relung di masing-masing sisi. Tampaknya relung-relung tersebut semula berisi arca, namun saat ini keempatnya dalam keadaan kosong. Di atas setiap ambang 'pintu' relung terdapat hiasan kepala Kala dengan pahatan yang lebih rumit dibandingkan dengan yang ada di atas ambang pintu masuk dan relung di tubuh candi. Puncak atap sendiri berbentuk meru bersusun, makin ke atas makin mengecil. Sebagian puncak atap terlihat sudah runtuh.

Candi Singhasari
Candi Singhasari saat ini
Candi Singhasari pernah dipugar oleh pemerintah Belanda pada tahun 1930-an, terlihatan dari pahatan catatan di kaki candi. Akan tetapi, tampaknya pemugaran yang dilakukan hasilnya belum menyeluruh, karena di sekeliling halaman candi masih berjajar tumpukan batu yang belum berhasil dikembalikan ke tempatnya semula.

Di halaman Candi Singhasari juga terdapat beberapa arca yang sebagian besar dalam keadaan rusak atau belum selesai dibuat, di antaranya arca Syiwa dalam berbagai posisi dan ukuran, Durga, dan Lembu Nandini.

Sekitar 300 m ke arah Barat dari Candi Singhasari, setelah melalui permukiman yang cukup padat, terdapat dua arca Dwarapala, raksasa penjaga gerbang, dalam ukuran yang sangat besar. Konon berat masing-masing arca mencapai berat 40 ton, tingginya mencapai 3,7 m, sedangkan lingkar tubuh terbesar mencapai 3,8 m. Letak kedua patung tersebut terpisah sekitar 20 m (sekarang dipisahkan oleh jalan raya).

Candi Singosari
Menara Singha-Majapahit, rekonstruksi digital arsitektural
Menurut Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UM), kedua arca Dwarapala itu semula menghadap ke arah Timur, yaitu ke arah Candi Singhasari, namun saat ini arca di sisi Selatan sudah berubah arah menghadap agak ke Timur Laut. Pergeseran arah tersebut terjadi saat pengangkatannya dari dalam tanah.

Sampai akhir tahun 1980-an patung yang berada di sisi Selatan masih terbenam dalam tanah sampai sebatas dada.

Di belakang arca yang berada di sisi Selatan terdapat reruntuhan bangunan batu yang nampak seperti tembok. Diduga kedua arca ini merupakan penjaga gerbang masuk ke istana Raja Kertanegara (1268-1292) yang letaknya di sebelah Barat (dibelakangi) oleh kedua patung tersebut.

Enter your email address to get update from Info Blog.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Silahkan meninggalkan komentar yang sesuai dengan artikel di atas, komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog ini di masa-masa mendatang.
Mohon jangan melakukan spam, atau promosi produk atau apapun yang tergolong hal-hal negatif
Mohon maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar.

Copyright © 2015. Info Blog 97 - All Rights Reserved | Template Created by Info Blog Proudly powered by Blogger