Info Blog. Yogyakarta telah lama terkenal sebagai kota pelajar, wisata dan budaya. Namun seiring perkembangan zaman Yogyakarta telah bertranformasi. Tak lagi sekedar menjadi kota pelajar, wisata & budaya, tetapi juga sebagai tempat bercampur aduknya manusia dari berbagai latar belakang. Heterogenitas inilah yang kerap kali membawa efek negatif yang salah satunya adalah pergaulan bebas dalam artian sex bebas.
Pergaulan bebas di Yogyakarta dewasa ini sangat memprihatinkan, karena lebih banyak menjangkiti masyarakat di usia produktif terutama mahasiswa. Pergaulan bebas yang berorientasi pada seks bebas telah menjadi fenomena sosial yang memprihatinkan. Hal ini tentu menjadi ancaman nyata bagi moralitas para calon pemimpin negeri ini. Pola hidup seks bebas di kalangan mahasiswa secara umum dilakukan di pondokan, penginapan bahkan kos-kosan. Khususnya di daerah Kota Yogyakarta, pergaulan bebas berkembang sangat signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh makin besarnya pengaruh seks bebas di kalangan mereka, tapi di sisi lain pengawasan dan pembinaan dari orang tua semakin berkurang bahkan menurun.
Selanjutnya, fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa Yogyakarta tak lagi sekedar bermotifkan suka sama suka, namun pada perkembangannya seks bebas yang dilakukan sudah mengarah pada profit (profit oriented) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa material sebanyak-banyaknya. Dilansir oleh Kompas, bahwa rata-rata penghasilan “Ayam Kampus” di Yogyakarta antara 500-800 ribu untuk sekali kencan dengan durasi selama 3 jam (Kompas, 2012).
Masih lekat dalam ingatan kita mengenai hasil survey dari Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) sebanyak 97,5% Mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Sesungguhnya bukan valid atau tidaknya hasil penelitian tersebut, namun yang lebih penting dari pengungkapan hasil penelitian tersebut adalah adanya realitas bahwa budaya mahasiswa di Yogyakarta telah bergeser meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, seharusnya perlu dilakukan suatu langkah strategis menangani problematika ini, langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Penelitian khusus yang mempunyai nilai objektifitas tinggi mengenai fenomena tersebut, sehingga kami mampu memberikan formulasi yang tepat mengenai permasalahan ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini nanti beserta tujuannya ialah untuk mengetahui korelasi menjamurnya prostitusi terselubung oleh mahasiswa terhadap lunturnya nilai & norma, lokal genius di Yogyakarta.
2) Mendorong pihak-pihak terkait seperti Pemerintah Daerah Yogyakarta, Organisasi Masyarakat, Rektor Perguruan Tinggi bersama warga masyarakat termasuk mahasiswa untuk bersama-sama menumbuhkan, membangun, dan menjaga iklim keagamaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta akhlak.
3) Membangun sebuah komunitas bersama yang mempunyai semangat Anti Pergulan Bebas dan Anti Komersialisasi Seks. Dalam komunitas ini nantinya akan dibuat suatu kultur mengenai pendidikan seks, gender, dan tentunya pendidikan karakter yang mampu menguatkan kualitas serta kapasitas diri untuk menghadapi tantangan masa depan setiap anggotanya yang mungkin tidak didapatkan oleh para Mahasiswa sekalipun di kampusnya masing-masing.
Dengan demikian ada 3 rencana grand design untuk mengatasi problematika seks bebas diantara mahasiswa. Mengenai 3 hal tersebut pastinya akan ada turunan secara lebih mendetail di setiap poin-poinnya, namun paling tidak itu adalah hal mendasar yang nanti akan saya lakukan bersama teman-teman yang memiliki perhatian besar terhadap hal ini. Perlu digaris bawahi juga bahwa mengubah atau mengganti perilaku, karakter, dan kebiasaan manusia akan memerlukan waktu yang tidak sebentar maka ketulusan hatilah yang pada akhirnya menjadi penutup dari tulisan ini agar program tersebut dapat terlaksana dan bermanfaat bagi kita semua. Amiiin…
Selanjutnya, fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa Yogyakarta tak lagi sekedar bermotifkan suka sama suka, namun pada perkembangannya seks bebas yang dilakukan sudah mengarah pada profit (profit oriented) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa material sebanyak-banyaknya. Dilansir oleh Kompas, bahwa rata-rata penghasilan “Ayam Kampus” di Yogyakarta antara 500-800 ribu untuk sekali kencan dengan durasi selama 3 jam (Kompas, 2012).
Masih lekat dalam ingatan kita mengenai hasil survey dari Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) sebanyak 97,5% Mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Sesungguhnya bukan valid atau tidaknya hasil penelitian tersebut, namun yang lebih penting dari pengungkapan hasil penelitian tersebut adalah adanya realitas bahwa budaya mahasiswa di Yogyakarta telah bergeser meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, seharusnya perlu dilakukan suatu langkah strategis menangani problematika ini, langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Penelitian khusus yang mempunyai nilai objektifitas tinggi mengenai fenomena tersebut, sehingga kami mampu memberikan formulasi yang tepat mengenai permasalahan ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini nanti beserta tujuannya ialah untuk mengetahui korelasi menjamurnya prostitusi terselubung oleh mahasiswa terhadap lunturnya nilai & norma, lokal genius di Yogyakarta.
2) Mendorong pihak-pihak terkait seperti Pemerintah Daerah Yogyakarta, Organisasi Masyarakat, Rektor Perguruan Tinggi bersama warga masyarakat termasuk mahasiswa untuk bersama-sama menumbuhkan, membangun, dan menjaga iklim keagamaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta akhlak.
3) Membangun sebuah komunitas bersama yang mempunyai semangat Anti Pergulan Bebas dan Anti Komersialisasi Seks. Dalam komunitas ini nantinya akan dibuat suatu kultur mengenai pendidikan seks, gender, dan tentunya pendidikan karakter yang mampu menguatkan kualitas serta kapasitas diri untuk menghadapi tantangan masa depan setiap anggotanya yang mungkin tidak didapatkan oleh para Mahasiswa sekalipun di kampusnya masing-masing.
Dengan demikian ada 3 rencana grand design untuk mengatasi problematika seks bebas diantara mahasiswa. Mengenai 3 hal tersebut pastinya akan ada turunan secara lebih mendetail di setiap poin-poinnya, namun paling tidak itu adalah hal mendasar yang nanti akan saya lakukan bersama teman-teman yang memiliki perhatian besar terhadap hal ini. Perlu digaris bawahi juga bahwa mengubah atau mengganti perilaku, karakter, dan kebiasaan manusia akan memerlukan waktu yang tidak sebentar maka ketulusan hatilah yang pada akhirnya menjadi penutup dari tulisan ini agar program tersebut dapat terlaksana dan bermanfaat bagi kita semua. Amiiin…
http://mudazine.com/dianramaji/korelasi-menjamurnya-prostitusi-mahasiswa-dengan-lunturnya-lokal-genius-di-yogyakarta/
Silahkan meninggalkan komentar yang sesuai dengan artikel di atas, komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog ini di masa-masa mendatang.
Mohon jangan melakukan spam, atau promosi produk atau apapun yang tergolong hal-hal negatif
Mohon maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar.